Akibat Lesu, Kurang Darah
Lupa makan, kurang tidur, dan terlalu capek, ini semua merupakan sebagian penyebab anemia atau penyakit kurang darah. Kondisi bisa bertambah parah kalau asupan makanan tidak memenuhi gizi yang cukup.
Anemia, atau kekurangan sel darah merah, cukup banyak
terjadi di kalangan remaja putri.
Kebanyakan karena mereka kurang mengindahkan faktor makanan sehari-hari yang
bergizi atau takut badannya menjadi gemuk. Akibatnya, asupan gizi tidak
sebanding dengan energi yang harus mereka keluarkan untuk melakukan berbagai
aktivitasnya, alias tekor.
Sumsum tulang belakang merupakan “pabrik” butir darah merah atau eritrosit. Tugas darah adalah membagi-bagi oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan tubuh. Pembentukan sel darah merah sangat tergantung pada hormon alami yang disebut eritroprotein (yang dibuat dan dikeluarkan oleh ginjal). Jumlah sel darah merah seseorang dapat diukur atau diperkirakan berdasarkan hematokrit atau hemoglobinnya.
Orang yang menderita anemia berita tidak mempunyai cukup
oksigen dalam darahnya. Padahal oksigen diperlukan untuk membakar makanan guna
menghasilkan energi. Ini menimbulkan gejala rasa lesu, sesak napas, dan jantung
berdebar.
Saat jumlah butir daarah merah dalam tubuh kurang, tubuh
berusaha mengimbanginya dengan menekan kerja jantung. Ketika jantung kita
berdebar lebih keras, berarti lebih banyak darah dan oksigen terpacu keluar.
Sementara itu paru-paru pun akan bekerja keraas agar oksigen yang diperoleh
lebih banyak. Akibatnya, sebagian pembuluh darah akan melebar agar darah yang
mengandung oksigen masuk kedalam jaringan tubuh. Sebagian pembuluh darah lain
malah mengecil agar mampu mempertahankan oksigen.
Redistribusi darah yang demikian itu menyebabkan kita tampak
pucat dan kulit terasa lebih dingin kalau diraba. Bila aktivitas tubuh kita
makin beratmbah, maka tubuh pun semakin memerlukan tambahan oksigen. Kekurangan
darah merah akan menyebabkan kita terasa lesu, lemas, dan mudah capek.
Sementara itu pertumbuhan fisik kaum remaja sangat
dipengaruhi oleh perubahan hormonal, kognitif, serta emosi sehingga pada masa
ini dibutuhkan makanan dengan zat-zat gizi yang cukup alias optimal agar
pembentukan butir darah merahnya pun cukup. Bila konsumsi makanan tidak
mencukupi, sehingga gizi yang dibutuhkan pun kurang, tentu saja kebugaran akan
terganggu. Apalagi energi yang dikeluarkan cukup banyak.
Paara remaja masa kini kebanyakan lebih tergiur pada makanan
yang lagi ngetren, yang celakanya sebagian besar hanya mengandung kadar lemak
yang tinggi, sehingga tidak mengacu pada pola makan yang mencukupi pola asupan
zat gizi optimal.
0 komentar: